Ada masa dimana pembeli vanili kering terbatas. Kalaupun ada harganya sangat tidak menarik. Namun di sisi lain ada saja petani yang tidak kesulitan memasarkan hasil kebunnya. Kok bisa ?
Saat ini banyak pekebun vanili yang belum mengembangkan perkebunan vanili tidak berorientasi bisnis. Sekedar menanam lalu berharap ada yang beli. Sementara buyer mengharapkan ada jaminan kuantitas dan mutu. Lalu ada beberapa kendala mengapa kemudia petani kesulitan mendapatkan buyer.
Baca Juga: Jasa Bangun Kebun
Pertama, petani belum mengembangkan perkebunan vanili memenuhi skala ekonomi. Seorang pemilik kue di Eropa menjelaskan bahwa ia membutuhkan vanili kering bermutu baik dengan jumlah 1 ton setiap bulannya. Sementara yang dimaksud sebagai petani vanili adalah perseorangan yang menanam 10, 20 atau 100 batang. Sehingga sulit memasarkan langsung kepada buyer dan akhirnya bergantung pada pengepul. Idealnya pekebun-pekebun vanili individual bergabung dalam koperasi atau kelompok tani sehingga bisa dihasilkan vanili dalam jumah yang besar. Sehingga membuka peluang untuk bekerjasama
Kedua, tidak ada konsistensi mutu. Saat ini sejumlah petani melakukan budidaya dan menghasilkan vanili kering serta otodidak, dan tidak ada standar pengolahan yang diacu. Sehingga mutunya antar musim panen berbeda-beda. Sehingga ini akan menyulitkan buyer yang ingin mendapatkan karakteristik aroma yang spesifik. Idealnya petani menerapkan sistem budidaya organik dan SOP pengolahan, sementara untuk koperasi sebaiknya pengolahan dilakukan secara kolektif.
Ketiga, tidak memahami mutu produk yang dihasilkan. Banyak petani yang hanya menjual vanili kering namun belum mampu memasarkan mutu. Idealnya pekebun harus mampu menjelaskan bahwa produknya memiliki kadar vanili di atas 2 % dan memiliki karaterisik aroma tertentu.
Tentu ada pemahaman dalam mengembangkan bisnis vanili. Tidak hanya sekedar menanam lalu menunggu ada pihak tertentu membeli yang bisa jadi adalah pengepul dengan syarat mutu yang longgar.