https://live.staticflickr.com/7310/11223599404_b18972daf7_b.jpg

Indonesia tercatat sebagai produsen vanili terbesar kedua setelah Madagaskar. Namun pemerintah belum menyusun strategi untuk menjadikan tanaman rempah tersebut bernilai tambah.

Menurut Gamal Nasir, pengamat perkebunan, sudah saatnya Indonesia memainkan peran penting dalam tata niaga vanili. Sebaiknya momentun harga yang masih tinggi, tidak hanya untuk meningkatkan penjualan vanili kering berkualitas rendah.

“Sudah saatnya kita membuat berbagai batasan terkait tata niaga vanili. Misalnya haram hukumnya Indonesia mengekspor vanili kering yang tidak bersertifikat dan tidak memiliki label SNI. Ekspor vanili kering dikenakan dikenakan biaya keluar sementara industri ekstrak vanili di dalam negeri ditumbuhkan yang notabene bisa dikembangkan industri skala menengah. Kemudian perusahaan pembuatan makanan dalam negeri didorong menggunakan ekstrak vanili lokal dengan tujuan kesehatan”, jelas Gamal.

Dengan membatasi pasar barang mentah dan menumbuhkan demand dalam negeri sekaligus industri lokal, Indonesia punya posisi tawar lebih baik. Indonesia juga bisa kembangkan pasar komoditas sehingga akan ada harga terminal Jakarta. Tentu itu sangat dimungkinkan.

Add comment


Security code
Refresh