https://specials-images.forbesimg.com/imageserve/5db924a4d85e3000078facd5/960x0.jpg?fit=scale

Saat ini banyak petani yang mengembangkan perkebunan vanili dalam baying-bayang penurunan. Mengingat dengan banyaknya petani yang menanam vanili secara tidak terkendali dikhawatirkan ke depan Indonesia akan mengalami oversupply sehingga harga dapat drop sewaktu-waktu.

Di sisi lain terdapat trand peningkatkan kebutuhan terhadap produk alamiah, dan konsumen produk pangan saat ini cenderung lebih perduli terhadap lingkungan dan kesehatan.

Perusahaan besar seperti General Mills, Hershey’s dan Nestlé telah berjanji akan menghilangkan bahan-bahan sintetik dari produk makanan yang mereka produksi mengganti dengan bahan yang alami. Termasuk tentunya perisa sistentik. Hanya masalahnya untuk vanili, tidak tersedia bahan baku vanili secara mencukupi. Sementara menurut Chemical & Engineering News, hampir 85% dari vanili berasal dari bahan kimia sintetis. Sementara itu kurang dari 1% yang berasal dari vanili alami.

Sehingga dengan kondisi demikian banyak pengamat yang memproyeksikan jika harga vanili ke depan tetap optimis. Namun di sisi lain harga yang tidak rasional membuat perusahaan pengolahan tetap coba menemukan pengaroma subsitusi yang alami.

Tentu komitmen perusahaan untuk menggunakan bahan baku, serta ada tidaknya inovasi subsitusi vanili akan turut menentukan seperti apa pergerahan harga ke depan. Termasuk juga kondisi supply global yang turut ditentukan produksi dari Indonesia.

Add comment


Security code
Refresh