Konon harga vanili dalam 20 tahun ini pernah menyentuh angka yang cukup fantastik. Lalu pertanyaannya bagaimana industry menyikapi hal tersebut. Mengingat aroma vanili menjadi hal sesuatu yang wajib dalam produksi sejumlah makanan.
Ternyata industri mengandalkan vanili sintetis. Pada tahun 1874 ahli kimia asal Jerman Ferdinand Tiemann dan Wilhelm Haarmann berhasil menemukan replika dari vanili menggunakan bahan baku dari batubara. Ini adalah inovasi yang sangat bernilai buah industri flavor maupun makanan. Lalu tahun 1930 an, vanili artifisial menjadi sesuatu yang umum di Amerika Serikat.
Selain menggunakan bahan baku dari batubara juga industri mengolah lignin dari kayu maupun eugenol dari cengkeh menjadi vanili sintetis. Belakangan kayu manis, kulit pohon pinus juga digunakan untuk menghasilkan vanili sintesis karena memiliki kesamaan rasa dan aroma dengan real vanilla.
Undangan-undang di Amerika Serikat mengatur kriteria vanili asli bahwa satu galon ekstrak vanila harus berasal dari 13,35 ons polong vanili dalam larutan alkohol 35%. Hanya tetap saja permintaan terhadap vanili imitasi jauh lebih tinggi daripada vanili alamiah.
Jadi, tidak semua aroma vanili yang asli pada makanan Anda berasal dari vanili yang asli.