Proses pengeringan biji vanili yang berasal dari vanila kering hingga ekstrak vanila, memberikan nilai tambahan pada produk vanila itu tersendiri. Rasa serta aroma pada ekstrak vanila dipengaruhi oleh varietas tanaman, proses penyembuhan dan metode budidaya.

Ekstrak vanila Indonesia biasanya memberikan aroma kayu serta fenolik. Hal tersebut dikarenakan panen terlalu muda serta tidak sembuh sempurna.

Pada penelitian IPB (Bogor Agricultural University) , 2011, dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik fisikokimia dengan aroma ekstrak vanili dari eksportir, importir, serta ekstrak vanili percobaan.

Terdapat tujuh sampel, tiga dari importir (Tahiti kelas I, Tahiti kelas II, Virginia Dare), dua dari eksportir Vanili Indonesia (Djasula Wangi, Cobra), dan dua dari laboratorium kami (G11, 57). Sedangkan karakteristik fisikokimia yang dianalisis yaitu alkalinitas abu terlarut, kadar vanilin, abu, alkalinitas total abu, keasaman total, dan jumlah timbal, semuanya sudah dibandingkan dengan standar Food and Drugs Administration (FDA).

Analisis dilakukan dengan teks deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasilnya menunjukkan jika sampel laboratorium dari proses curing dimodifikasi (G11) mengikuti standar FDA dalam karakter fisikokimia, namun deskripsi aromanya tidak sekuat aroma ekstrak vanili dari eksportir, yaitu Cobra dengan aroma krim, manis, dan vanili; serta ekstrak vanila dari importir, yaitu Virginia dengan aroma berasap dan pedas

Referensi: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46398

Add comment


Security code
Refresh