Harga vanili diperkirakan akan mengalami penurunan yang diakibatkan 2 hal. Pertama terjadi over supply, karena sejumlah negara seperti Kolombia, dan beberapa negara Afrika telah melakukan pengembangan secara besar-besaran dan tahun ini sudah memulai menghasilkan. Kedua, karena terjadinya krisis global sehingga pemintaan vanili dari negara Eropa dan Amerika mengalami penurunan. Namun harga vanili diperkirakan akan kembali membali 3 atau 4 tahun mendatang.
Lalu bagaimana menyikapi hal tersebut?
Tentu ini menjadi alarm bagi pekebun yang ingin mengembangkan vanili secara besar-besaran apalagi tanpa adanya planning pemasaran yang tepat. Karena kemudian hari akan mengalami kesulitan dalam penjualan produk hasil olahan. Kecuali perusahaan atau pekebun yang ingin fokus pada pengembangan produk turunan seperti ektrak atau bubuk vanili. Pasalnya harganya relatif stabil.
Strategi lainnya kalaupun ingin mengembangkan vanili sebaiknya tidak menjadi tanaman utama. Pekebun bisa tetap menanam vanili sebagai tanaman di tepi kebun, ditambatkan pada tanaman penaung. Bisa mengembangkan vanili sebagai hobi dengan menanam di pekarangan. Sehingga tanaman rempah tersebut tidak menjadi sumber pendapatan utama. Dengan cara ini ketika harga baik maka pemilik tanaman bisa membuahkan dan menjual hasilnya. Sementara kalau tidak harga tidak menarik maka cukup membiarkan tanaman tumbuh tanpa harus dibungakan.
Penting diingat pasar vanili kering sesungguhnya akan selalu ada selama industri makanan dan parfum masih eksis. Hingga saat ini masih terdapat permintaan dengan harga yang menarik. Hanya saja kualitas yang dibutuhkan harus prima dan organik.