Kurang pahamnya petani terkait berbagi jenis penyakit yang kerap menyerang vanili berpotensi menjadi momok besar dalam pengembangan budi daya tanaman ini.

Guna menjawab tantangan ini, tiga peneliti masing-masing dari Jurusan FMIPA Universitas Negeri Lampung dan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Negeri Lampung melakukan penelitian terkait pemanfaatan Sistem Pakar untuk mendiagnosis penyakit pada tanaman dengan menggunakan Metode Dempster-Shafer dan menerbitkan hasilnya dalam sebuah jurnal.

Sistem pakar adalah sebuah sistem komputer yang bisa meniru kemampuan seorang pakar, dalam hal ini menganalisis penyakit yang timbul pada vanili dengan mendeteksi ciri-ciri yang tampak pada tanaman vanili.

Untuk bisa melakukan hal ini, para peneliti telah memasukkan sejumlah data terkait ciri-ciri atau indikasi penyakit yang timbul pada vanili sehingga Ketika alat mendeteksi ciri-ciri yang timbul, alat tersebut bisa langsung menganalisis dan memberi tahu jenis penyakit yang timbul pada tanaman vanili petani.

“Adanya sistem pakar yang dibuat memungkinkan petani untuk mengambil keputusan yang tepat waktu dengan cara yang efisien, membantu dalam mengurangi biaya dan meningkatkan hasil pertanian,” sebut penulis seperti dikutip dari jurnal berjudul Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Pada Tanaman Vanili Menggunakan Metode Dempster-Shafer Berbasis Web tersebut, Sabtu (16/1/2021).

Sistem ini pun didukung dengan metode yang disebut Dempster-Shafer, sebuah metode ilmiah yang bertujuan melakukn pengujian atau tingkat kepercayaan akan suatu hal berdasarkan fakta-fakta atau bukti kejadian yang kemudian dimasukkan ke dalam sistem.

Sebagai contoh, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nama jenis penyakit pada tanaman vanili serta gejala-gejalanya yang didapat dari buku berjudul Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan dan wawancara dengan Dosen Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Negeri Lampung Albertus Sudirman.

Dalam penelitian ini, para peneliti memasukkan lima jenis penyakit pada tanaman vanili yakni busuk batang, antraknosa, bercak coklat pada buah, busuk pangkal batang, dan karat merah, beserta 16 jenis gejala yang menyertai penyakit tersebut.

Berdasarkan hasil pengujian kepakaran yang dilakukan, sistem yang dikembangkan para mahasiswa ini mampu mendiagnosis penyakit dengan sangat baik, dengan total rata-rata keakurasian sebesar.99,50%.

Adapun ketiga peneliti yang terlibat dalam penelitian ini adalah Bambang Hermanto,  Albertus Sudirman, dan Nanda Meydhia. 

Seperti diketahui, vanili merupakan salah satu komoditi perkebunan Indonesia yang terkenal di pasar ekspor. Kendati demikian, hal tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan produktivitas petani.

Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) produksi vanili Indonesia baru mencapai 2.399 ton pada 2006 atau baru 23% dari total produksi vanili dunia. Angka ini meningkat menjadi 3.700 ton pada 2007 di mana Indonesia menjadi produsen vanili terbesar dunia kala itu.

Namun, setelah itu, produksi vanili Indonesia terus menurun. Beberapa tahun terakhir, pemerintah pun kembali menggiatkan perbaikan produksi dan mutu tanaman vanili Indonesia. (Ep)