Saat ini harga di tingkat petani mengalami penurunan, sehingga banyak yang kemudian menebang tanaman vanili. Padahal masih ada peluang mendapatkan keuntungan dari vanili.

Pekebun vanili sejati dan telah menanam selama bertahun-tahun menyadari bahwa harga vanili sebagai komoditas cenderung fluktuatif. Bagi mereka menanam vanili adalah bagian dari passion. kecintaan mereka terhadap tanamannya membuat mereka tetap memelihara walupun harga sedang tidak menarik. Seperti sejumlah petani di Minahasa Tenggara. Mereka tidak mengganti vanili dengan tanaman lain saat harga turun. Sehingga saat harga melonjak hingga Rp. 6 juta/kg pada tahun 2016 maka mereka yang kemudian menikmati keuntungannya.

Lalu dengan harga pembelian vanili basah Rp. 30.000 – 50.000/kg apakah vanili masih menguntungkan?

Baca Juga: Layanan Pendampingan Trading dan Kemitraan

Pertama, bisa jadi masih untung. Hanya karena petani menganggap harga pembelian yang wajar adalah di atas Rp. 100.000,- sehingga ketika harga turun seolah-olah tengah mengalami kerugian. Padahal faktanya jika dilihat dari harga pokok produksi bisa saja masih untung karena mungkin saja biaya produksinya hanya Rp. 10.000/kg.

Kedua, harga vanili kering premium di pasar internasional sebenarnya relatif stabil. Perlu juga diingat vanili kering merupakan produk akhir yang dapat langsung dimanfaatkan oleh industri pengolahan makanan. Dalam kondisi harga sedang drop maka pekebun harus naik kelas menjadi processor dan memasarkan langsung kepada end user. Menariknya pengolahan kue, cokelat atau produsen parfum umumnya bersedia membeli dalam kuantitas kecil hingga, sehingga masih bisa ditangani oleh petani, dengan catatan kualitas harus prima. Dan, untuk mengakses para pembeli tersebut bisa memanfaatkan berbagai aplikasi.