https://cdn.siap.id/s3/smart%20village/portal/slide%203.png

Dengan dana desa yang cukup besar sudah seharusnya terbentuk desa-desa mandiri. Sayangnya karena keterbatasan pengetahuan tidak jarang kegiatan ekonomi yang ditumbuhnya di desa tidak produktif.  Tidak jarang dana desa digunakan untuk membangun lapangan futsal, fasilitasi kolam renang, greenhouse yang tidak terlalu dibutuhkan masyarakat. Padahal ada cara smart mengembangkan kegiatan ekonomi desa melalui perkebunan.

Langkah awal yang harus dilakukan aparat desa adalah mendata tanaman perkebunan yang sudah ada. Misalnya kelapa, kakao, kopi, dan sebagainya. Berapa luasan yang sudah ada. Berapa populasi tanaman produktif, dan bagaimana kondisi pemasarannya.

Langkah selanjutnya adalah, pengembangan untuk memenuhi skala ekonomi dengan pendekatan intercropping. Untuk mencapai skala ekonomi pengembangan perkebunan setidaknya harus di atas 500 ha. Kebun kakao dengan luasan 700 ha berpotensi menghasilkan biji 700 ton, dan akan menarik bagi pabrikan untuk melakukan kemitraan. Begitu juga kebun kelapa seluas 1000 ha, maka akan diperoleh jutaan butir setiap tahunnya, dan akan menarik industri untuk bermitra atau mendorong investor mengembangkan unit pengolahan karena ketersediaan bahan baku yang memadai. Pengembangan yang dimaksud dilakukan secara intercropping. Perluasan kebun kakao atau kopi dilakukan dengan menggunakan tanaman penaung yang bernilai ekonomi seperti kelapa, kelor. Lalu pada bagian pinggir kebun ditanam sereh wangi atau hijauan untuk ternak.

Kemudian manfaatkan pekarangan untuk tanaman yang bernilai tinggi dengan resiko pencurian tinggi, seperti vanili atau kelapa kopyor. Desa dapat membangikan 10 sampai dengan 20 batang vanili dan kopyor pada setiap KK di desa dan untuk dipelihara dengan baik.

Lalu, setelah komoditas tersebut menghasilkan, berdayakan BUMDES untuk melakukan pengolahan secara kolektif sehingga kualitas olahan menjadi standar. Pemasaran juga dilakukan oleh BUMDES dalam partai besar sehingga akan memudahkan dalam mendapatkan buyer.  Keuntungan penjualan komoditas perkebunan dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui perbaikan jalan, penyediaan pangan murah, bea siswa dan tabungan.

Apakah sudah ada desa yang mengembangkan sistem seperti ini?

Add comment


Security code
Refresh