Saat ini vanili tercatat sebagai komoditas perkebunan paling menarik. Bagaimana tidak, harga penjualan kering bisa mencapai Rp. 4 juta per kg. Lalu bagaimana cara paling menarik untuk kembangkan tanaman emas hijau ini?
Vanili Indonesia sangat merekomendasikan pengembangan vanili di pekarangan. Adapun tanaman bisa dipelihara di dalam pot atau dalam blok-blok khusus seperti halnya menanam anggrek. Dengan asumsi 1 tanaman bisa menghasilkan 1 kg polong basah, atau setara dengan 0,2 kg kering, dengan penanaman di 20 pot bisa mendapatkan hasil 20 kg vanili basah atau 4 kg vanili kering. Jika dengan asumsi harga Rp. 2.000.000/kg kering, maka dengan 20 pot terdapat potensi pendapatan hingga Rp. 8 juta.
Pendekatan ini sangat dimungkinkan mengingat vanili tanaman yang hanya membutuhkan media tanam kaya hara, gembur dan dengan kandungan organik yang cukup. Tidak perlu perawatan menggunakan kimiawi. Namun dibutuhkan ketelatenan karena vanili tidak membutukan pencahayaan matahari full, di sisi lain tidak boleh terlalu lembab karena dapat mendatangkan penyakit. Untuk pengolahan juga hanya membutuhkan alat sederhana. Kotak steroform, rak penjemuran dan kain pembungkus.
Untuk menciptakan skala ekonomi, pengembangan vanili di pekarangan dengan pendekatan cluster, misalnya dalam satu dusun atau RT/RW. Jika dalam satu RT/RW terdapat 20 KK, maka setiap cluster bisa menghasilkan 40 kg polong kering atau setara pendapatan Rp. 80 juta per tahun. Ini akan lebih menggiurkan jika setiap KK menanam hingga 100 tahaman.
Pendepatan ini sangat mungkin dikembangkan di perkotaan atau di daerah yang lahannya terbatas. Dan cocok menjadi usaha bagi anak-anak milenial karena dapat dilakukan di greenhouse. Namun kunci keberhasilan tetap berada pada pemahaman teknis budidaya dan pengolahan. Di sisi lain penanaman vanili di lahan terbuka di kawasan ramai penduduk rawan terhadap kasus pencurian. Kemudian, akan semakin menarik jika cluster berkembang menjadi sentra pembuatan ekstrak vanili maka nilai tambahnya semakin menarik.
